This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Purple Wednesday

Alarm hp-ku berbunyi pkl 04.30...aih saatnya bangun n memulai aktivitas hari ini tpi ternyata hujan yg mengguyur sejak tengah malam belum menunjukkan tanda2 akan berhenti. Seperti biasa aku langsung mandi kmd membangunkan suamiku utk solat subuh berjamaah. Sesaat sebelum beranjak mandi, Satria sempet bilang klo dia males ngantor tpi aku menyemangatinya dan bilang klo kerja itu ibadah. Dengan ogah2an iapun pergi ke kmr mandi.

Pagi itu aku juga mengalami dilema dengan baju kantor yng akan kupakai. Maklum belakangan badan aku menggemuk sehingga aku harus mencari pakaian yang bisa menutupi pinggulku sekaligus nyaman dipakai. Aku memutuskan utk memakai baju ungu yang belum lama kubeli di Thamrin City. Alhasil pagi itu aku harus setrika kerudung krn aku tidak menyiapkan kerudung warna ungu hari minggu kmrn.

Hujanpun reda beberapa menit sebelum kami berangkat, sehingga kamipun tidak memakai mantel. Di traffic light Kranggan seharusnya kami belok kanan ke arah kranggan tpi Satria salah ambil jalur (di jalur tengah) jadi drpd ditabrak mobil belakang Satria memutuskan utk lurus dan berputar di plaza cibubur. So far perjalanan lancar sampai dengan gang kecil arah cilangkap depan. Di depan kami ada mobil APV, krn itu gang hanya muat 1 mobil Satria santai mengikuti sampai di jembatan dekat kandang sapi. Ternyata itu APV menghindari lubang besar dengan mengambil jalur kanan dan ternyata lagi mobil dari arah berlawanan yang berplat tentara tdk mau mengalah dan mengambil jalur kanan dari arah dia. Krn bingung, Satria pun tetap di jalur kiri dan utk menghindari lubang2 itu Satria melewati jalur tanah becek.

Melihat tanah yng becek tpi kinclong itu aku sempat membatin, "wah...licin niy jalan".
Tiba2 'BRUK' aku sudah terduduk di tanah yang becek tsb dan Satria yg tidak sadar klo aku sudah jatuh sempat mengatakan, "Beb...tenang ya" katanya sambil berusaha mengembalikan posisi motor yang agak miring ke posisi normal.
Tersadar aku sdh jatuh, Satria yg tampak panik berusaha membantu aku. Tapi aku berdiri sendiri krn kan posisi Satria masih memegang motor. Dan alhamdulillah aku tdk merasakan sakit di pantat bagian kiri tsb. Tapi...celanaku belepotan tanah.
Satria menanyakan kondisiku, "kamu gpp say?"
"Gpp beb...tapi aku pulang ya. ini celanaku kotor", jawabku sambil tertawa.
Satria pun tertawa sambil geleng2 kepala, "Niy anak udh jatuh malah ketawa2"
"Kita cari air dulu yuk buat ngebersihin niy celana", pintaku
Alhamdulillah lagi di sekitar situ ada pencucian mobil jadi aku bisa ambil air (blm ada tukang yg bisa dimintain ijin siy)utk ngebersihin celana. Satria membantu aku membersihkan celanaku. Dia menyuruh aku utk pakai celana mantel saja utk menutupi celana yg kotor tsb.
"Lha emang ayah ga masuk juga?", tanyaku
"Ya kan aku anterin kamu dulu. Emng kamu mo pulang pake apa?Ngantor gampang lah,dateng siang aja"
Setelah beres smua dan aku siap utk pulang, Satria masih terlihat shock. "Beb,kamu jatuhnya keras ga siy?trus ngaruh ga sama kehamilan kamu?"
Aku malah tertawa denger pertanyaan suamiku itu. Krn kan memang aq blm ketahuan hamil. "Ay...ay...sapa yg hamil. Kan blm telat. Lagian kan bikinnya juga baru"
"Justru itu, kan skrg saat2 terjadinya pembuahan/ penempelan embrio. Nah tadi kamu jatuh itu ngaruh ga?", tanyanya masi dgn nada cemas.
Aku tetap tersenyum, "Ay...serahkan semuanya pada Allah. Klo memang ini rejeki aku, smg jatuh tadi ga berpengaruh apa2. Tpi klo ini bukan rejeki aku, yah pasrahkan saja sama Yang Diatas".

Akhirnya kamipun pulang. Krn masi ngrasa ga enak, sepanjang perjalanan Satria minta maaf atas apa yg terjadi. Krn bosan mendengarnya dan krn aku memang tdk menyalahkannya, aku mengancam dia utk tdk minta maaf lagi klo ga aku beneran marah. Dgn suara yg masih berat, dia hanya menghela nafas. Tiba2 'byur' hujan besar turun dan kamipun meneduh.

Setelah hujan berkurang, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tapi mampir dulu cari sarapan di ruko Kranggan. Kebetulan disitu ada yg jual soto, tapi tumben Satria tdk memesan soto dan lebih memilih sarapan lonsay. Kali ini Satria sudah terlihat lega, tidak tampak lagi kegelisahan di wajahnya.

Ternyata perjalanan kami belum berakhir. Setlh kami sampai d depan rumah, aku tdk menemukan kunci rmh yg biasa ditaruh di kantong jaket Satria. Kami coba cari di semua kantong maupun di sela2 tas tpi kunci itu bener2 ga ada. (Astagfirullah....semalam ketika mampir ke ATM, Satria sdh memberiku kunci rmh. Tanpa sadar kunci itu kutaruh di helm yg kupegang terbalik. D depan pagar rmh aku sempat kebingungan mencari sebelum menemukannya di dlm helm. Saat itu Satria sempat comment, "gimana klo kuncinya ilang...kan qta ga bs masuk".) Sekarang semua itu bener kejadian...Untung papa ada d rmh, jadi qta ketok2 minta dibukakan pintu. Satria pun jalan lagi mencari kunci tsb yg dia yakin jatuh di salah satu dari 3 tempat tadi.

Tadaaa...kuncinya ketemu di tempat aku jatuh. Ternyata ketika aku jatuh tadi, tanganku reflek keluar dari kantong jaket Satria n menarik kunci tsb hingga jatuh ke tanah. Ya Allah Alhamdulillah kunci rmh kami tdk hilang.
Fiuh...purple wednesday...

0 komentar

Suntik Pemecah Sel Telur

Akhirnya...aku kembali konsultasi ke dr. Suci setelah sebulan yang lalu promil aku ditunda akibat varicella zooster. Sebenarnya dokter minta aku kembali pada H 12 tpi krn jadwal praktek saat aku H 12 adalah pagi, jadi aku n Satria memutuskan utk konsultasi di H 11.

Setelah bertanya apakah cacar airku sudah sembuh, dokter memeriksa perkembangan sel telurku melalui USG trans V (kali ini aku kurang sreg dg dr. suci krn dia ngobrol masalah stock obat dg suster, sementara itu alat USG sdh masuk di miss V...huuuft). Alhamdulillah sel telurku yg disebelah kanan ada 2 yg berkembang diatas 20 mm. Sedangkan yang di sebelah kiri tidak ada yang berkembang melebihi 18 mm. Tapi InsyaAllah dua sel telur saja sdh cukup utk dibuahi.

Dokter menawarkan untuk disuntik. Aku n Satria bingung krn emang qta berdua ga ngerti apa2. Dr. Suci menjelaskan bahwa suntik ini fungsinya adalah untuk memecahkan sel telur. Jadi 24 jam setelah obat disuntikkan, sel telur akan pecah alias ovulasi dan saat itulah kami disuruh berhubungan. Aku sempat mengiyakan utk disuntik pemecah telur tpi kmd dr. Suci memberitahu hrg suntikan ini yg lumayan menguras kantong. Ingin rasanya menarik kembali ucapanku tadi tpi Satria mendukung aku dan setuju dgn tindakan tsb. (Padahal terhitung bulan ini kami berdua berniat mengencangkan ikat pinggang utk biaya pembangunan rumah kami).

Aku kembali berbaring di tmp tidur periksa, kmd dokter menusukkan jarum suntik (yg ukurannya kecil sekali) di perutku. Saat jarum itu masuk memang tidak terasa apa2 tpi stlh jarum itu dikeluarkan dan suster menempelkan semacam plester di bekas suntikan tadi aku mulai merasakan sedikit kencang n kaku di area perut tpi aku cuekin aja. Dokter menjadwalkan kami utk berhubungan mulai besok selama 3 hari dgn jeda masing-masing satu hari.

Malamnya kram perut itu masi kurasakan, hanya saja dia datang dan pergi alias tdk intens tpi cukup menganggu. Dan sampai dengan keesokan harinya di kantor, aku masih merasakannya. Dari hasil googling, salah satu efek dari ovedril si obat pemecah sel telur adalah abdominal pain, jadi wajarlah klo aku merasakan perutku kram.

Btw...saat ini perasaanku campur aduk. Disatu sisi aku berharap usaha kami kali ini membuahkan hasil yang positif krn obatnya yg cukup mahal. Namun di sisi lain aku tdk ingin melambungkan harapan terlalu tinggi krn  beberapa alasan. Yg pertama adalah masalah biaya, saat ini aku n Satria berencana utk menambah bagian belakang rmh kami shg nyaman ditempati. Tentu saja hal ini biayanya tdk sedikit, bahkan bisa dibilang menguras habis tabungan kami. Jadi aku takut jika nanti aku hamil, aku tidak tahu darimana dpt biaya utk bersalin. Alasan berikutnya adalah mental. Terkadang aku berpikir klo aku memang blm siap punya anak. Krn sifatku yg pendiam jd aku pun tidak bisa dekat dgn anak kecil. Bahkan ponakanku sendiri lbh deket kepada suamiku daripada aku. Jadi...apakah aku sudah siap diberi amanah oleh Sang Pencipta Yang Maha Agung...Wallahu A'lam


1 komentar