This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Friday Morning...

Pada konsultasi pertamaku dgn dr. Irham, beliau minta aku kembali lagi minggu depan utk cek sel telur. Waktu yg tepat utk cek sel telur siy hari Jumat tanggal 25 Juli krn merupakan H 12. Tapi berhubung CS tidak tahu apakah si dokter cuti atau tidak pada tanggal tsb. Akhirnya aku pun booking utk dua hari, yaitu hari Rabu dan Jumat.

Rabu sore aku ditelpon pihak RS mengabarkan jadwal praktek si dokter sore itu. Sayangnya si CS masih tdk bisa memberi kepastian apakah hari Jumat si dokter praktek atau tidak. Jadi, mau ga mau aku harus datang konsul hari ini, meskipun ini masih H 10. Dalam hati, aku cuma bisa pasrah dan ikhlas, klo ciptaan dan takdirNya tidak ada yg sia2. 30 mnt kemudian aku mendapat telepon dari RS Bunda lagi. Kali ini si CS mengabarkan kalo dr. irham tidak jadi praktek krn tindakan mendadak, sehingga pasien hari akan direschedulle ke hari Jumat. Alhamdulillah...

Aku melupakan satu hal terkait dengan jadwal praktek dr. irham di hari Jumat, prakteknya pagi...ups. Sdh kepalang basah, apa boleh buat. Hari jumat ini aku datang sendirian, Satria ngantor seperti biasa dan aku ijin datang siang ke atasanku. Setelah registrasi ulang, si suster bilang klo dokternya datang jam 10 (molor 1 jam dari jadwal yang seharusnya). Saat itu aku masih berpikir positif, klo si dokter datang tepat waktu, trus setiap pasien konsulnya tidak lama, maka aku bisa sampai kantor pada jam istirahat.

Aku menunggu sambil ngaji, ngejar khatam Quran di bulan Ramadhan yg akan berakhir 2 hari lagi. Alhamdulillah sudah sampai juz 3o, jadi tinggal nylesain aja. Tiba-tiba di sebelahku duduk wanita berjilbab berperawakan kecil, dari sudut mataku aku bisa melihat pandangan matanya yang tertuju pada perut aku. Kemudian dia membuka pembicaraan, "Mbaknya lagi program ya?"
"Iya mba. Mba program juga?"
"Sama, sy juga lagi program. Udah berapa lama mba?", tanyanya lagi
"Baru mba, ini baru konsul yang kedua. Klo mbaknya?", tanyaku
"Oh sy sudah lama mba. Sy pernah insem sm dr. Irham 2 x, sy juga pernah batab. Udh lama mba nikahnya?"
"2,5 tahun. Klo mbak?"
"Oh baru 2,5, sy sudah 5 tahun. Mbaknya kerja?stress kali mba."
Aku cuma tersenyum aja denger kata-katanya.
"Kenapa buru2 mba?udh pengen bgt ya?Santai aja mba, baru ini. Oya mba masalahnya apa?kista/ miom/ suami?"
Aku tertegun denger pertanyaannya krn si mba ini tuh kyk ga ada manner klo nanya. Secara baru ketemu tpi nanyanya udh kyk kenal lama, mana suaranya agak stereo lagi...hfft
"Ga mba, ga ada masalah apa2. Klo insem disini tuh tindakannya juga disini ya?atau qta harus ke menteng?"
"Iya mba, kita harus rajin ngejar si dokter ke menteng. Jarang banget tindakan tuh dilakukan disini."

Akupun menceritakan klo dulu aku konsul di cibubur dan sudah insem 2 kali.
"Kenapa insem mba?"
Aku bingung dengan pertanyaannya si mba ini.
"Kan mba ga ada masalah, jadi knp insem?atau suami yg bermasalah?", terangnya
"Penasaran aja siy mba, kenapa ga jadi2, makanya milih insem. Mbak dulu batab di Bunda?"
"Ga mba, sy batab di pluit gading kebetulan lagi ada diskon. Klo insem sy pernah puri cinere, trus di bunda sm dr. Irham sm dr. Ivan jg pernah."
"Masalahnya apa mba?", tanyaku
"Dulu siy ga ada apa2. Mungkin setelah kena obat2an, makanya dideteksi ada kista."

Setelah tidak ada bahan pembicaraan lagi, aku pun meneruskan ngajiku dan si mbak itu pindah tempat duduk ke tempat yang ada tv-nya. Pukul 10.15 dokter Irham pun datang. Suster pun segera memanggil pasien pertama utk masuk. Aku berharap semuanya berjalan lancar, shg aku bisa segera ke kantor. Tapi apa daya...setelah pasien yg kedua selesai, dokter pamit keluar ruangan krn harus meeting. Oh nooo...

Tiktok...tiktok...setengah jam berlalu, belum ada tanda2 meetingnya kelar. Bahkan kami para pasien dr. Irham dipindahkan ke rg morula krn ruang praktek si dokter akan dipakai oleh dokter lain. Salting banget nunggu sendirian, mana ga bawa power bank n earphone, mo chatting hemat batere, ruangan dingin pulak...arrgh!#&*^* Aku perhatikan dari semua pasien dr. Irham yg ada di ruangan itu, yg hamil hanya satu/ dua orang. Sisanya sepertinya sedang promil juga seperti diriku atau mungkin hamil muda? Entahlah...

Akhirnya si dokter kembali, nmr antrian 3 pun segera masuk. Alhamdulillah aku diuntungkan dengan 'menghilangnya' pasien nmr 4, jadi aku tdk menunggu lama lagi utk ketemu sm si dokter
"Assalamualaikum, Dok," sapaku
"Walaikumsalam. Hari ini ga ditemenin?", tanya si dokter
"Iya Dok. Ini aja saya juga ijin datang siang di kantor"
"Ya ampun, maaf ya", sesal dr. Irham
"Gak papa Dok, kan dokter memang sibuk."
Dokter membuka buku medis, "Hari ini cek telur ya?sudah masuk hari keberapa ya?"
"12 Dok, klo ga salah itung", jawabku
Dokter masih serius menghitung di kalender, "Iya sekarang hari ke 12 ya. Oke silakan, kita cek ya." Si Dokter menyuruhku ke ruang USG yg ada di seberang meja kerjanya.
"Aduh susternya kemana ini. Tirainya ditutup aja, Ki", kata pak dokter
Aku pun menutup tirainya, tapi tetep aja salting, jadi aku tidak segera membuka celanaku. Si suster datang dan sempat diceramahi sedikit sm pak dokter. Kemudian dia mengarahkan aku utk membuka celana dan berbaring di tmp tidur.

Dokter mengajakku ngobrol ketika ia mulai melakukan USG. Beliau bertanya aku mudik kemana, naik apa, berangkat kapan bla...bla...Dari hasil USG, ada satu telur di sebelah kanan yg ukurannya mencapai 20mm.
"Ini ada satu. Berarti kamu bisa memproduksi telur. Sama yang kita khawatirkan kemarin juga sepertinya tdk masalah (sepertinya ini me-refer ke pelengketan yg sblmnya dokter sampaikan)".

Ketika beliau menggerak2kan alatnya utk explore lagi, aku merasakan nyeri di perut bawahku. Aku bisa merasakan klo alat itu masuk terlalu dalam dan seperti membentur dinding rahim. Sakit banget (suer...baru kali ini aku ngrasain USG trans V sakiiit banget)...sampai aku meringis kesakitan, dokterpun menyadari klo aku kesakitan.
"Sakit ya. Maaf...maaf, sebentar ya", sesal dr. Irham sambil mengarahkan tangan kirinya utk memegang perut bawahku tpi tidak jadi dilakukan krn beliau telah menemukan telur yang kiri. Ukuran telur ini 17mm.
"Oh ini telur yg kemarin masih ada", kata si dokter
"Tapi ga berkembang lagi ya, Dok?", tanyaku
"Iya, dia ga berkembang lagi. Berarti sekarang kamu sedang masa subur. Klo lagi masa subur berarti harus...", canda dr. Irham menyudahi proses USG.

Setelah kembali ke meja konsultasi, dokter menjelaskan klo saat ini yg bisa dilakukan adalah memantau.
"Sekarang kita pantau dulu ya, perlu tidaknya insem..."
"Klo mau insem gimana Dok?", potongku
"Boleh...mau besok?", tantang pak dokter
Aku diam sejenak, "Kayaknya jangan besok deh, Dok. Emang dokter ga cuti?"
"Gak, sy ga cuti. Tapi setelah minggu kan lab-nya yg tutup."

"Ya udah, nah sekarang kan lagi masa subur niy, jadi selama 10 hari ke depan rutin berhubungan ya. Selang sehari. Kita lihat next klo masih belum hamil, kita masih bisa insem 2 sampai 3 kali. Klo masih belum berhasil juga, kita naik ke step berikutnya, krn kan kamu bilag mens-nya sakit, nanti kita cek itu", jelas dr. Irham
"Terus ini saya ga perlu minum obat penyubur, Dok?", tanyaku
"Gak perlu, kamu udah subur kok. Oke Ki, kita pantau dulu ya", kata dr. Irham seraya menutup buku medis, mengakhiri sesi konsultasi pagi ini..

Sebenarnya masih banyak yg ingin kutanyakan ke pak dokter (seperti apa telur satu/ dua cukup utk insem, klo next jadwal mens/ cek sel telur ga pas dgn jadwal praktek beliau di depok gmn, atau klo mo insem dan jadwalnya ga pas juga sm jadwal beliau di depok gmn?), tpi aku merasa kalo dia tuh terburu2, jadi tidak ada satupun pertanyaan itu yg kulontarkan. Yang ada justru aku minta nmr hp beliau, in case ada keperluan mendadak.
"Dok sori, saya boleh minta nmr hape dokter?"
"Nomor hape?boleh..." Beliau melihat dua tempat kartu nama di meja tsb, tapi sepertinya tdk ada kartu nama beliau disitu. "Nanti minta ke suster aja ya, soalnya tulisan sy jelek, nanti susah bacanya."
"Oh oke, dok. Makasi ya. Assalamualaikum", pamitku

Aku sedikit kecewa dengan hasil konsultasi hari ini, karena si dokter yang kurang deskriptif dan terburu2 sehingga rasanya masih banyak uneg2 yang ngeganjel di hati. Ditambah lagi dengan waktu tunggu yg lumayan lama, jadi ngerasa ga 'worth it' aja.

Waktu menunjukkan pkl 11.40, aku telah menyelesaikan pembayaran dan duduk lagi di ruang tunggu. Sedang memikirkan, haruskah aku berangkat ke kantor atau lebih baik pulang saja. Klo aku nekat ngantor, paling cepet sampe kantor jam 13.30, jam pulang kantor selama bulan puasa pkl 16.30. Hmm...kyknya ga worth it ngantor cuma 3 jam tpi harus menempuh perjalanan yang super duper panas, mana puasa lagi. Dan akhirnya aku putuskan utk pulang k rmh saja. Lumayanlah jadi ada kesempatan lebih utk packing dan menyelesaikan pekerjaan rumah yg numpuk selama bln puasa ini...hehehe (*modus).
 







2 komentar

Akhirnya...obgyn laki-laki

Hari Senin aku haid. Harapan kami akan berkah Ramadhan (yang ketiga) belum terwujud juga. Siangnya Satria menyuruh aku bikin appointment dgn dr. Ivan di RS Bunda Depok (kebetulan teman dekat Satria ada yg sedang menjalani batab dg dokter tersebut, karena itu dia menyuruh aku juga konsul ke dr. Ivan). Kami sempat berdebat lagi, karena di web RS Bunda Depok yg kulihat, dokter itu sdh tdk praktek lagi di sana dan diganti oleh dr. Irham. Sedangkan Satria membaca di web klinik morula Depok, nama dr. Ivan masih tertera jelas disana. Satu2nya jalan ya telpon ke RS langsung utk tahu mana yg benar. Ternyata aku yang benar, dr. Ivan sekarang hanya praktek di BIC pusat. Akhirnya akupun iseng membuat jadwal ke dr. Irham utk hari Rabu, 16 Juli dan dapat nmr antrian 13.

Kenapa sekarang aku mau konsul dengan obgyn cowok? Sebenarnya tidak, aku masih merasa tidak sreg klo harus konsul dengan obgyn cowok. Entahlah...aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya harus memeriksakan dan merelakan organ intimku diubek-ubek oleh seorang laki2 asing (hfft...), sementara masi banyak obgyn cewek yg recommended. Hanya saja selama ini setiap nama obgyn cewek yang kuusulkan ke Satria selalu ditolak olehnya dengan berbagai alasan. Jadi...dengan berat hati aku menuruti keinginan suamiku. Mungkin ini jalan yang terbaik, sambil berharap ini adalah obgyn lelaki pertama dan terakhir yang aku temui (Ya Allah maafkan kami klo cara ini salah, tapi ini adalah bagian dari usaha kami dan semoga Engkau meridhoi-Nya)

Selanjutnya, kenapa aku memilih dr. Irham Suheimi? aku juga tidak tahu...Hanya saja nama dokter ini sering disebut oleh teman2 di forum selain nama dr. Ivan di RS Bunda. Karena pasien dokter Ivan yang amat sangat banyak, sehingga mereka beralih ke dr. Irham. Masih menurut mereka dokter ini enak, komunikatif, ramah dan (ini yang paling penting) ganteng hehe...

Tiba di RS pkl. 18.10, setelah Satria solat Maghrib kami menuju bagian pendaftaran karena aku pasien baru disini. Saat mengisi form isian data pribadi, si CS bilang klo dokternya baru tiba, padahal tadi pasien dikonfirmasi klo dokternya praktek mulai jam 17.00. Keraguan sempat mendatangiku, "Ay...aku masih ga yakin?""Ga yakin kenapa? Kamu mau pulang aja?", tanyanya
Aku cuma menggelengkan kepala dan menarik nafas dalam2. "Entahlah..."

Kami dibekali buku kecil berwarna hijau dan print-an data diri plus nmr antrian utk diberikan ke perawat. Setelah diberikan ke perawat, saatnya timbang BB dan tensi. Alat tensi disini otomatis, bukan manual yang harus dipencet2 itu, alhasil tensi aku melonjak 90/135. Seumur2 baru kali ini tensi aku tembus angka 130, waktu aku protes ke susternya, Satria malah belain tuh suster, "kamu kan baru jalan, wajar kalo naik"
Si suster pun mengiyakan, "iya bu, mungkin ibu habis jalan jadi tensinya naik"
 
Sepertinya dokter ini efisien, karena pasien yang dipanggil masuk rata2 cukup cepat pemeriksaannya. Dan tibalah giliranku. Begitu masuk ruangan dan akan duduk, si dokter tersenyum padaku dan menyodorkan tangannya. Akupun menyalami si dokter sambil bilang, "Selamat malam, Dok"Eh dia bukannya jawab malah nyebutin nama dia, "Irham"
Xixixi...jadi malu, koq aku malah ngucapin salam bukannya nyebutin nama.

"Sudah buka puasa kan?", tanyanya
"Sudah", jawab kami kaku
"Apa niy yang bisa dibantu?", tanyanya lagi
"Kami pengen program Dok", jawabku
"Loh...ya dibikin dunk", katanya sambil tertawa
Kami berdua ikut tertawa, "Sudah dok"
"Nikahnya sudah berapa lama?"
"Mau 3 tahun Dok"
"Belum pernah hamil sama sekali?"
"Belum"
"Keguguran juga tidak pernah ya?", tanyanya sambil menulis di buku kecil hijau tadi
"Tidak dok"
"Usia berapa, Ki"
"32 dok"
"Sebaya ya?"
"Iya dok"
"Mens lancar?tiap bulan dapat"
"Lancar, Dok. Cuma jadwalnya suka maju."
"Berapa lama?"
"4-7 hari, Dok."
"Sakit gak?Gak ya?"
"Hmm...sakit siy Dok. Sekarang setelah nikah mensnya sakit", jawabku
"ouw...sakit ya?Mens terakhir kapan?"
"Sekarang Dok"
"Hari ke..."
"Ketiga."
"Jadinya mulai Senin ya"

Akupun cerita ke dr. Irham kalo sebelumnya aku sudah periksa di dokter lain. Bahkan sudah insem 2 kali tapi masih gagal.
"Jadi sebelumnya sudah test apa saja?"
"Banyak dok. HSG, hormon,...", jawabku
"HSG hasilnya apa?"
Aku agak bingung mo jawab apa, akhirnya aku serahkan aja setumpukan berkas ke beliau.
Dr. Irham membuka amplop yang paling atas.
"Ini kmrn baru test pap smear dok", jelasku
Tapi ternyata amplop ini berisi hasil test hormon progesteron, "Bagus, berarti kamu subur. Ada telur yang dihasilkan. Lalu apalagi?"
Kemudian beliau membuka amplop hasil test pap smear. Bacanya sekilas doang, tpi langsung bilang, "Bagus, tidak ada masalah"
Lanjut ke amplop berikutnya, "Wah ini spermanya melimpah. Bagus itu."
Amplop berikutnya hasil test HSG, no comment. Dia malah berkomentar, "Waduh jadi berantakan ya berkasnya." Karena setelah buka amplop, tidak dimasukkan lagi olehnya.
"Gak apa2 Dok", jawab Satria
Beliau mengambil amplop terakhir, "Kalo ini apa?"
"Test hormon Dok. FSH, LH", jawabku

"Sy perlu melakukan test2 lagi gak,dok?krn itu semua kan sudah lama dilakukannya?", tanyaku
"Ga perlu. Kalo dari hasil2 ini semuanya bagus koq, ga ada masalah. Karena hasil Kiara bagus, sperma suami jg melimpah. Ini yang dinamakan unexplained. Tapi nanti kita coba insem lagi, klo masih belum berhasil juga, ya berarti perlu dipikirkan langkah selanjutnya. Apakah itu bayi tabung atau yang lainnya. Karena berdasar pengalaman niy, utk kasus unexplained, 60-70% ditemukan endometriosis. Tapi ini baru mungkin ya."
"Insemnya dilakukan berapa kali Dok dalam satu siklus?, tanya Satria
"Bisa dilakukan 2 kali, tpi itu juga tergantung dengan kualitas sperma."
"Trus Dok, insem itu ada batasannya ga siy?maksudnya maksimal berapa kali?", tanyaku
"Sebenarnya tidak ada patokan berapa kali maksimal insem itu dilakukan. Memang ada dua kubu, ada yang menganut 3 kali, ada juga yang 6. Tapi next kita coba insem lagi, klo belum berhasil baru kita cari penyebabnya. Nah sekarang kita USG dulu ya", kata si dokter sambil tersenyum.

Inilah saat yang menegangkan buat aku. Suster membimbing aku ke tempat tidur dan menyuruhku melepaskan celana. Setelah aku berbaring di tmp tidur, suster memanggil dr. Irham.
Sumpah rasanya tegang sekali melihat si dokter duduk di sebelah di tmp tidur dan akan mengeksplor 'miss V' aku. Mungkin dokter tahu keteganganku, dia malah bertanya sambil bercanda, "Kalo ini sudah pernah kan sebelumnya?, tanyanya sambil tertawa
"Sudah Dok", jawabku tersenyum. (Tapi belum pernah sama dokter cowok dok, kataku dalam hati)
Si dokter melongok sebentar utk memastikan alatnya masuk dgn tepat dan eksplorasi pun dimulai. "Rahim kamu memang agak menekuk ke belakang ya, Ki. Ini liat ini...", ujarnya seraya menunjukkan posisi rahim aku.
"Sepertinya siy ada pelengkatan ya. Tpi kita biarin aja dulu deh, anggap tdk tahu aja dulu"
"Tutup mata, Dok?"
"Iya, kita tutup mata aja. Nanti klo memang masi gagal, baru kita cek.", tambah si dokter sambil memberi tanda pada gambar rahimku 'adhesion/ pelekatan'
Beliau mengeksplor lagi sambil bertanya,"Di Permata dikasih obat penyubur?"
"Iya, dok"
"Apa?diphten, profertil..."
"Iya diphten Dok."
"Trus ga pake suntikan?"
"Ga, Dok"
"Suntik pecah telur jg tdk?"
"Eh klo suntik pecah telur iya dok."
"Pregnyl/ ovidrell?"
"Pregnyl, Dok"
"Trus setelah minum obat telurnya banyak gak?", tanya Dr. Irham
"Banyak Dok, ada 4"
"Ukurannya?, tanyanya lagi
"Ada yg diatas 22, Dok. Eh tpi klo yang di sebelah kanan sedikit Dok, cuma satu/ dua"

Si dokter pun mengeksplor lebih dalam lagi, sampai akhirnya ia menemukan ovary kiri aku. "Ini sebelah kiri ya. Ada yg udah besar niy. Sekarang lagi minum vitamin apa?"
"Gak ada, Dok"
 "Oh mungkin ini telur bulan lalu yg tidak pecah. Oke, jadi sekarang tidak saya kasih obat ya. Kita lihat perkembangan telurnya. Klo bagus, kita bisa langsung insem. Klo kurang, berarti postponed bulan depan ya.", kata si dokter sambil mengeluarkan alat usg.

Setelah kembali ke meja periksa, dokter meminta aku utk kontrol kembali minggu depan, utk melihat si telur.
"Dok, klo dari itung2an kami, masa suburnya kan bertepatan dengan lebaran, trus gimana Dok?", tanya Satria.
"Ya klo memang bertepatan dengan Lebaran, berarti kita tunda bulan depannya. Kasian Pak, orang lab kan cutinya setahun sekali, saat Lebaran saja."

Dokter menegaskan sekali lagi, klo next project adalah insem ketiga. Jika masih gagal maka akan dilakukan laparoskopi. Aku agak kaget dengan pernyataan terakhirnya, karena sejak awal masuk ke ruangan sampai dengan USG selesai dilakukan beliau tidak mengatakan tentang hal ini. Aku cuma bisa mengangguk2 pasrah mendengarnya sambil melirik ke Satrio, karena setahu aku laparoskopi biayanya tidak sedikit. Sedangkan saat ini aku dan Satria sedang ingin melunasi rumah kami, InshaAllah.

*****

Kesanku tentang dr. Irham, orangnya baik, ramah, komunikatif dan enak diajak sharing, orangnya juga suka becanda sehingga suasana konsultasi ga tegang. So far siy aku merasa nyaman konsultasi dengan beliau, meskipun perasaan risih dan malu ketika organ intim dieksplor olehnya tidak bisa dihilangkan. 

(Ya Allah ridhoi-lah usaha kami. Ijinkanlah kami memiliki keturunan melalui bantuan dokter ini, atas kuasaMu Ya Allah. Semoga dokter ini menjadi dokter pria pertama sekaligus terakhir yang kami datangi dalam usaha memperoleh keturunan. Amin.)




5 komentar

TTC chapter 3

Setelah insem kedua yang gagal, aku bertekad akan mulai promil lagi setelah lebaran, entah dengan dokter siapa. Tapi Satria punya pemikiran lain, ia mengajakku utk mulai promil menjelang bulan puasa. Dan ia ingin mencoba kembali ke Dr. Ocvy, karena itulah kami harus prepare waktu jauh-jauh hari, sehingga setelah lebaran sudah bisa dilakukan sebuah 'tindakan'.

Masih dengan prosedur yang sama, ketika aku menelpon RS utk bikin appointment, si CS bilang, "klo utk ke dr. Ocvy harus antri sebulan ya bu". Tapi Alhamdulillah ternyata jadwal yang diberikan hanya berselang 2 minggu, tepatnya tanggal 8 Juli 2014. No problem-lah.

Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, sehari menjelang jadwal kontrolku, aku mendapat sms yang mengatakan bahwa jadwalku direschedule karena ada pembatasan pasien. Reschedule jadwal yang ditawarkan adalah seminggu kemudian, tanggal 15 / 17 Juli 2014. Kami berdua menyikapi pembatalan itu dengan santai. Karena memang kami sudah prepare waktu dan kebetulan tanggal 8 itu aku tdk sedang haid ataupun masbur.

Di kantor aku mendapat telepon dari RS. Si CS bilang klo aku bisa kontrol hari ini karena banyak pasien yang batal kontrol. Tapi jadwal kontrolnya maju jadi jam 1-3 sore...gubraaak. Mmm...tanpa pikir panjang aku mengiyakan utk kontrol dan memilih kelompok C yang mulainya jam 3 sore (krn ga mungkin aku ijin dari kantor jam 12. Paling aku baru bisa jalan dari kantor jam 2).

Entah karena jadwal yang pindah di siang hari atau karena lagi puasa, hari ini antriannya cepat banget. Hanya butuh waktu 1 jam untuk masuk ke ruangan dr. Ocvy (padahal kan biasanya butuh waktu 2-3 jam, itupun yg paling cepet hehe). Karena Satria masih dalam perjalanan, jadilah aku masuk sendiri.

Dokter menyapaku dengan hangat, sambil membaca medical record, "apa kabar Bu? sudah lama ya ini..."
"Iya Dok," jawabku singkat
"Hmm...terakhir sama dokter Tofan ya. Waktu itu mo insem ya Bu?" tanyanya
"Sebenernya saya sudah insem, Dok. Dua kali berturut2 sama dr. Suci. Karena waktu itu..."
"Oh trus hamil Bu?" potong si dokter excited
"Belum Dok"
"Hmm...jadi sdh insem dua kali dan belum berhasil ya. Padahal seharusnya klo sudah insem itu pasti berhasil Bu. Berarti harus kita cek ada apa ini, nanti kita konsul ke dr. Agus. Kesempatan kita tinggal sekali lagi, jadi lebih baik dicek dulu apa yang salah. Sekarang USG dulu ya. Terakhir pap smear kpn Bu?"
"Belum pernah Dok." jawabku dengan muka bingung
"Belum pernah sama sekali? Klo gitu kita pap smear dulu ya, ibu kan sudah aktif berhubungan 3 tahun, seharusnya udh pernah pap smear"

Suster membawaku ke kursi periksa bumil yang entah apalah itu namanya. Setelah ambil posisi dokter memintaku utk relax, kmd ia memasang si cocor bebek (menurutku si dokter memasangnya agak kasar, sehingga terasa sakit). Entah apa yg dilakukan kemudian, aku cuma bisa berdzikir di dalam hati. Dan selesai. Dokter menyuruhku pindah ke tmp tidur utk USG. Eh trnyata suamiku sudah datang ketika tadi aku diperiksa. Dokter meng-USG dengan seksama, mencari kalo2 ada yg salah, dan Alhamdulillah rahim aku bagus menurut beliau.

Di akhir konsultasi, dokter memberi srt pengantar utk test progesteron, meresepkan folavit dan seloxy AA, dan memberi jadwal konsul berikutnya yaitu tanggal 15 Juli. 0 komentar