This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

10 minggu bersamamu...

Sehari setelah mendapat kabar kehamilan, aku kontrol dg dr. Irham. Ternyata oh ternyata...setelah menunggu cukup lama dan akhirnya tiba giliranku utk masuk, dokter hanya memberi ucapan selamat dan meresepkan obat2an utk 2 minggu ke depan karena tdk mungkin utk melakukan USG di usia kehamilan yg masi muda ini. Aigoo...Dokter menasehati utk makan makanan matang alias tdk boleh mentah, pantangan kopi n teh dan tetap mengkonsumsi putih telur. Selain itu dokter juga menyuruh aku utk banyak2 berdoa (agak gak ngerti siy sm pesan yg satu ini? ).

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia kehamilan, aku mulai sering merasakan perut kram yang terkadang sangat sakit. Hasil baca2 di internet perut kram itu wajar karena terjadi peregangan otot rahim tapi kalo intensitasnya sering dan sakit sekali bisa jadi terjadi kehamilan ektopik (pertumbuhan janin di tuba falopi). Sekarang aku mengerti maksud dari dr. Irham yg menyuruh banyak berdoa, karena meskipun aku dipastikan hamil tapi ini adalah masa-masa rawan pertumbuhan si embrio. Jadi aku disuruh banyak berdoa agar perkembangan embrionya inshaAllah sempurna.

Selain kram perut, Alhamdulillah aku tidak merasakan gejala hamil muda yang lain seperti mual muntah dan ngidam. Sempet kawatir juga siy tidak merasakan mual tiap hari karena katanya klo kita mual2 berarti hormon kehamilan (bHCG) kita semakin tinggi dan itu berarti kandungan kita semakin kuat.

*****

Memasuki minggu keenam barulah gejala2  itu datang. Aku merasa mual all day, tidak hanya pada saat sikat gigi bahkan aku hanya bisa minum satu dua teguk air putih padahal biasanya aku bisa meminum satu gelas tupperware dalam sekali minum. Aku pun mencoba membeli kangen water yg katanya bisa menghilangkan mual ibu hamil dan ternyata itu bukan cuma promosi boong, aku benar2 merasakan khasiat air ini. Alhamdulillah. Selain mual, saat sore hari kadang aku merasa menggigil. Badan tidak panas tapi aku merasa kedinginan, udh pake kaos kaki, pake jaket 2 rangkap tetep aja menggigil.

Akhir minggu keenam ini sangat kutunggu2 krn jadwal kontrol kembali ke dokter dan kali ini dokter akan melakukan USG. Yeay...saatnya kami bertemu dgn 'Soli' (sejak dinyatakan hamil, aku tidak lagi memanggil embrioku dengan 'embie', aku memanggilnya 'soli' singkatan dari solih/ solihah). Alhamdulillah...ada 1 kantung yg terlihat jelas. Hanya 1 kantung bukan 2...tapi semua itu sungguh berkah yang tak terkira dari Allah SWT. Saat melihat kantung janin itu, aku, Satria bahkan dr. Irham sama2 melafazkan tahmid "Alhamdulillah" berulang2. Dokter menunjukkan aku saluran makan janin dan mengecek kedua tubaku memastikannya bersih tidak ada embrio yg tumbuh disitu. 

"Kita USG lagi ya 2 minggu lagi, ini bayinya masi belum terlihat jelas. Semoga 2 minggu lagi dia sudah terlihat jelas", kata dr. Irham.
"Baik, Dok", jawabku. "Oya dok, minggu ini kan masuk bulan puasa, saya boleh puasa ga?"
"Tidak masalah, selama kamu ngrasa kuat. Tapi klo ga kuat jangan dipaksa ya...kasian bayinya nanti"
"Jadi selama sy merasa kuat boleh ya Dok?", tanyaku memastikan kembali
Dokter hanya mengangguk, "Sebenarnya puasa itu kan hanya memindahkan waktu makan saja, jadi ya diliat alarm tubuhnya aja."

Dokter kembali meresepkan obat2an yg sama kecuali crinone yg udah bisa dihentikan pemakaiannya. Sayangnya aku ga nanya alasan obat ini diberhentikan, tapi syukurlah crinone kan harganya ciamik juga hehehe...

*****

Memasuki minggu ketujuh dan kedelapan, aq tidak pernah lagi merasa menggigil di sore hari. Kalo kram perut dan mual masih meski intensitasnya jarang. Oya aku tidak lagi meneruskan minum kangen water karena aku ingin merasakan kehamilan normal dg segala gejala2nya. Alhamdulillah-nya aku tidak mual all day lagi, biasanya mual datang menjelang sore hari.

Kontrol di minggu kedelapan kulakukan hari Jumat setelah pulang kerja, karena kebetulan hari Sabtu ada buka puasa bersama teman kampus di rumahku. Ternyata kontrol di hari kerja itu menyenangkan, karena antriannya tidaklah panjang. Setelah timbang badan dan ukur tensi, aku hanya menunggu 1 orang saja.

Saat USG transV dan dokter mengarahkan pada kantong janin, jantungku serasa berhenti...kantong janin itu kosong, ukurannya masih sama dengan 2 minggu lalu. Astagfirullah...
"Seharusnya ini minggu kedelapan kan?", tanya dr. Irham
"Iya dok"
Dokter menanyakan pertanyaan lain lagi tapi aku kurang menyimak karena tiba2 aku merasa shock. Tapi aku mencoba utk tetap tenang dan memikirkan pertanyaan apa yg  baru saja dilontarkan oleh si dokter, ternyata pertanyaan dokter adalah, "Diatas kita masih punya berapa embrio?"
"Masih ada dua embrio, Dok", jawabku
"Ini diluar harapan. Apa mau tunggu 2 minggu lagi?", tanya dr. Irham seraya menyudahi sesi USG ini
Aku masih tidak bisa berpikir jernih dan tidak menjawab pertanyaannya.
Tapi aku malah mengajukan pertanyaan lain, " Klo usia 8w seharusnya bagaimana dok?"
"Klo 8w biasanya si janin udh terlihat, sdh ada kepala, ada denyut jantung. Malah yg bahaya klo denyut jantungnya berhenti."

Dokterpun kembali ke mejanya dan mulai ngobrol dgn Satria.
"Ini perkembangannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi setidaknya kita tahu klo Kiara itu bisa hamil. Jadi terserah apa mau ditunggu 2 minggu lagi?
"Klo kayak gini penyebabnya apa ya Dok?"
"Embrio-nya kurang bagus", jawab dr. Irham singkat

Saat aku sudah kembali ke meja lagi, dokterpun memutuskan utk menunggu 2 minggu lagi dan meresepkan obat2an. Kali ini utrogeston dosisnya dikurangi menjadi 1x sehari dan dokter juga tidak meresepkan progynova lagi, hanya ascardia, utrogeston dan asam folat.

"Terus dok, klo 2 minggu lagi masih seperti ini bagaimana?", tanyaku
"Saya kasih obat atau kuret."
Aku menoleh ke Satria yang sedang bengong dan mengelus pipinya, "Sabar ya, Ay"
"Klo setelah dikuret berapa lama qta harus menunggu sebelum tindakan lagi", tanya Satria
"Secepatnya. Bulan berikutnya juga bisa langsung tindakan koq."

Kamipun keluar ruangan dokter dengan lemas. Aku berusaha sekuat tenaga utk tdk menangis, aku juga tidak tahu harus berkata atau berpikir apa. Setelah mengambil obat dan menyelesaikan administrasi, aku mengajak Satria menunggu waktu berbuka di musolla karena aku sudah tidak sanggup lagi menahan air mataku.

Dan benar saja, sesampainya di musolla air mataku sudah tak dapat kubendung lagi. Satria mencoba menguatkan aku, "Jangan nangis Bun...Allah tahu apa yang terbaik buat kita"
"Aku tahu...tapi aku harus mengucapkan apa?Alhamdulillah...istigfar...?", kataku sambil mencoba menghapus air mataku.   
"Alhamdulillah dong...", jawab Satria
"Iya...Alhamdulillah atas 8 minggu yang indah ketika merasakan bagaimana hamil itu...saat merasa mual, meriang dan merasakan perut yg semakin membesar", kataku masih dengan air mata yg mengalir.

Disaat seperti ini, baik aku dan Satria tidak ada yang mengajukan pertanyaan "Kenapa ya Allah...". Kami berdua tidak ada yang marah kepada Allah dan merasa klo Dia tidak adil, kami mencoba utk berpikir positif bahwa ini yang terbaik dariNya dan Allah pasti akan menggantinya dengan yg lebih baik. Aamiin.

Setelah berbuka puasa dan solat magrib, aku sudah bisa mengendalikan perasaanku, bahkan aku merasa sudah ikhlas dengan semua ini. Aku sempat mengajak Satria utk konsul kembali ke dokter dan minta obat peluruh saja, tapi niat itu kami urungkan.

Di dalam mobil, kami tidak banyak bicara. Kami sibuk mengatasi kesedihan masing2, meski kadang Satria menyemangati aku ketika tiba2 aku menangis lagi. Sepanjang perjalanan pulang ini kami mendengarkan 2 buah lagu yg sangat cocok dengan suasana hati kami dan menguatkan hati kami.

https://www.youtube.com/watch?v=tSTHveNp7fE

https://www.youtube.com/watch?v=FSah_ztRFMM

Sampai di rumah, kami segera menunaikan solat Isya dan taraweh, kami pun memutuskan utk tidur cepat malam ini. Ternyata tidak semudah itu melakukannya, terlebih aku masih saja bersedih dan tiba2 suka menangis sendiri. Lalu aku ingat sesuatu, tadi siang saat mengaji dan membaca surat Ar Ra'd ayat 8, arti dari ayat tersebut adalah apa yg terjadi padaku sekarang, Allah berfirman bahwa "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya". Ternyata Allah telah memberi petunjukNya kepadaku...MasyaAllah

Akhirnya setelah menimbang...menimbang...dan menimbang, aku memberanikan diri mengirim WA ke dr. Irham. Aku bilang padanya klo aku dan Satria memutuskan utk tdk meminum obat2an yg tadi diresepkan karena rasanya percuma menunggu hingga 2 minggu lagi dan aku minta pertimbangan beliau apa yg harus kulakukan sekarang?

Saat menunggu jawaban dari dr. Irham, tiba2 kakakku Kiki yang sedang dinas di UAE mengirim WA dan menanyakan kabar kehamilanku. Kuceritakan semua padanya, dia adalah orang pertama yg kami beritahu. Banyak pertanyaan yg ia lontarkan sampai kemudian dia bercerita klo dulu anak keduanya juga seperti ini. Saat di Jakarta dinyatakan klo istrinya BO di usia 8w dan disuruh kuret, namun ia tidak mau. Dan ternyata 2 minggu kemudian saat ia kontrol di Jogja di kota tempat tinggalnya, janin itu terlihat dan Alhamdulillah lancar semua hingga lahiran. Mas Kiki pun menyemangati aku utk tdk menyerah dan menunggu hingga 10w dulu, berharap ada mukjizat dari-Nya, terlebih ini adalah bulan suci Ramadhan.

Disela-sela chatting dengan mas Kiki, dokter Irham menjawab WA-ku, "Oke...dihentikan saja obatnya. Kalo mau nanti ambill obat utk meluruhkannya ke BIC ya."
Aku pun bertanya lagi, "Nama obatnya apa dok?Klo sy ambil di bunda margonda bisa kan?"

Tidak ada lagi chat baik dari mas Kiki maupun dr. Irham, tapi aku masi tidak bisa tidur. Aku pun coba googling tentang BO dan juga janin tidak terlihat pada usia 8W, ternyata ada beberapa cerita yg sama dengan yg dialami mas Kiki. Aku makin bingung....tidak tahu harus memilih yg mana. Aku justru menangis...mengadu kepadaNya...memohon yg terbaik dariNya. Dan aku pun tertidur.

Keesokannya dr. Irham membalas WAku pada saat sahur, beliau hanya menyebutkan nama sebuah obat yg diresepkan utk 3 hari diminum 3 kali sehari. Tapi aku sendiri masih belum bisa memutuskan apakah akan langsung meluruhkannya ataukah menunggu 2 minggu lagi...Wallahu A'lam.

*****

Akhirnya...aku n Satria memutuskan utk menunggu 2 minggu lagi, berharap adanya keajaiban dari Allah SWT. Namun entah kenapa kini semuanya terasa beda...kehampaan dan keputusasaan menemani hari2ku. Meski hati kecil ini berharap bahwa Soli masih sehat dan akan terus tumbuh di rahim ini hingga 9 bulan ke depan, tapi entah kenapa aku mulai merasa ada sesuatu yang hilang. Aku tidak lagi merasa mual saat sikat gigi, payudara aku sudah tdk sensitif lagi (biasanya sakit jika tersentuh sedikit) dan saat menjalankan puasa, tidak ada lagi rasa lapar yang amat sangat di pagi & siang hari, aku merasa klo puasaku sama seperti puasa2ku saat aku belum hamil. Bahkan ketika aku harus pulang berjalan kaki sedikit menuju halte dimana Satria menjemput, perutku yg biasanya langsung kram kini tidak lagi kurasakan. Innalillahi...

Memasuki minggu ke 10, aku merasakan tidak nyaman di area punggung sebelah kiri. Punggung ini terasa pegal bahkan kadang terasa nyeri, baik pada posisi duduk maupun berdiri. Awalnya aku ingin menempelkan koyo tapi aku takut itu akan berpengaruh pada janin aku (masih berharap), jadi setiap malam sebelum tidur Satria mendapat tugas tambahan utk memijat punggung aku.
4 hari kemudian, sebelum pulang kantor aku melihat noda flek di celana aku. Kepalaku juga sedikit berat dan perut agak kram. Cukup lama aku menunggu Satria di halte krn ia terjebak macet. Di mobil kuceritakan kejadian ini padanya dan kami berdua memutuskan ke dokternya besok/ lusa saja yg memang jadwal kontrol kami. Kami berdua tidak ada yg panik dan merasa sudah siap dengan yg terburuk. Di rumah aku melihat noda flek bertambah dibanding tadi saat di kantor, aku pun memutuskan untuk menggunakan pembalut.

Ternyata saat bangun keesokan harinya tidak ada sebercak darahpun yg menempel di pembalutku. Tapi kepala, perut dan badan ini terasa seperti orang yang mens hari pertama sehingga aku memutuskan utk tidak puasa hari ini. Dan aku juga tetap masuk kerja.

Selama bulan puasa ini, setiap berangkat kerja kami selalu mampir di pom bensin jln pramuka utk pipis (karena saat sahur kami terbiasa minum air putih yang banyak, jadi ga kuat klo harus ditahan sampai kantor). Pagi ini air seni aku bercampur dengan darah, meski pembalut aku juga masih bersih dari darah seperti semalam. Entah kenapa tiba2 aku panik, aku pun WA dr. Irham menanyakan apakah beliau ada jadwal praktek pagi, agar aku bisa kontrol segera. Ternyata hari Jumat ini beliau tidak praktek pagi dan baru praktek pukul 14.00.

Aku dan Satria sama2 ijin dari kantor utk kontrol ke dokter. Setibanya di BIC kami dapat antrian nomor 5 dan menunggu hampir 1 jam. Oya saat timbang badan, BB aku turun 1,5 kg dibanding 2 minggu lalu.

Spt biasa saat masuk ke rg dokter, kami menyapanya dengan salam, "Assalamu'alaikum, Dok."
"Wa'alaikumsalam", jawabnya ramah sambil bersalaman dgn kami.
"Gimana Ki, udah flek ya? Pantes sy tunggu2 koq ga ada kabar lagi dari kamu...ini jadi minum obat G*****L gak?" tanya dokter
Kami hanya tersenyum. "Iya niy dok, berharap ada keajaiban. Mumpung lagi bulan Ramadhan", jawab Satria.
"Ya udah kita cek yuk. Ini pas 2 minggu kan dari yg terakhir?"
"Iya dok, pas 10W", jawabku
"Ada gejala lain gak?"
"Kayak orang mens hari pertama aja siy Dok, ga ada gejala yg wow...", kataku seraya menuju tempat periksa.

Begitu diterawang, ukuran kantung janin masih sama seperti 2 minggu lalu dan kali ini tidak kosong. Tapi bentuk si janin memang tdk beraturan, tdk sesuai dengan usianya dan sdh tdk berkembang lagi. Innalillahi wa innailaihi roji'un

"Ini janinnya sudah tidak berbentuk ya Ki, dia tidak berkembang jadi harus dikeluarin. Mau dikuret apa mnm obat aja?"
"Saran dokter?", tanyaku balik
"Klo kuret langsung bersih, klo minum obat ya klo belum bersih ya tetap harus kuret. Tapi gpp kita coba pake obat dulu aja, smg bisa langsung bersih. Sabar ya Ki", jawab dr. Irham menyudahi pemeriksaan USG.
"Aamiin, iya Dok"

Saat beliau mengeluarkan alat USG terjadi tragedi kecil, karena begitu alat itu keluar ada darah yg muncrat dari miss V aku (mungkin alat USG itu tadi menghambat darah yg ingin keluar, sehingga bgitu ditarik...jeng jeng...). Untung darah itu tdk mengenai dokter dan hanya mengotori lantai. Kulihat ekspresi dokter yg datar saja seolah tdk terjadi apa2 tapi betapa malunya aku atas kejadian itu. Bahkan suster harus melap darah yg ada di lantai dan kursi periksa. 

"Janinnya sdh tdk berkembang lagi jadi hrs dikeluarkan, nanti bahaya buat ibunya klo dia dibiarkan di dalam." Dokter menjelaskan pd Satria saat kembali ke meja kerjanya.
"Tapi sebenarnya BT ini berhasil gak siy dok, koq bs terjadi spt ini?", tanya Satria
"Ini sebuah pencapaian pak, krn Kiara hamil pada proses pertamanya, hanya memang embrionya yg kurang bagus. Next kita cek kekentalan darah dulu, sy siy curiga ada kekentalan darah."
"Kira2 di program berikutnya sy mungkin ga siy mengalami ini lagi Dok?", tanyaku ke dr. Irham setelah aq kembali ke meja kerja dokter
"Makanya nanti kita cek dulu seblm mulai program berikutnya. Smg yg berikutnya hasilnya lbh baik dr ini."

Dokter meresepkan obat peluruh G*****L utk diminum 3x sehari selama 3 hari. 
"Nanti klo minum obat ini perut rasanya kram ya, yah kayak orang melahirkan lah rasanya", jelas dr Irham
Aku shock mendengarnya, "Serius, dok?"
"Anggap aja latihan melahirkan", jawabnya enteng
"Klo dia udh keluar, kita hrs nunggu brp lama dok utk program lgi?", tanya Satria
"Yah 2 kali mens kita bs mulai lagi. Oya nanti klo stlh minum obat Kiara demam atau sakit perutnya berlebihan, segera dibawa kesini ya."

                                    * * * * * 

Manusia berencana, Allah berkehendak. Yups...inilah kenyataan yg harus kuhadapi, inilah jalan yg dipilihkan Allah utkku dan Satria. Kecewa...pasti, sedih...sangat, tapi ini bukan akhir dunia...masih ada hari esok...hidup akan terus berjalan.

Aku bahagia, bersyukur dan berterima kasih atas kesempatan yg telah diberikan Allah kepadaku. Kesempatan utk menjalani bayi tabung dg biaya yg tidak sedikit ditangani oleh dokter yg kompeten didukung sepenuhnya oleh suami tercinta dan dg ijinNya aku hamil...alhamdulillah. 

Kehamilan yg hanya 10 minggu ini sangatlah berarti...

Ya Allah...berilah aku kepercayaan utk bs hamil lagi dan berilah aku janin yg lebih baik dan sehat dibanding janin sebelumnya.  Aamiin. 


0 komentar