This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Akhirnya...obgyn laki-laki

Hari Senin aku haid. Harapan kami akan berkah Ramadhan (yang ketiga) belum terwujud juga. Siangnya Satria menyuruh aku bikin appointment dgn dr. Ivan di RS Bunda Depok (kebetulan teman dekat Satria ada yg sedang menjalani batab dg dokter tersebut, karena itu dia menyuruh aku juga konsul ke dr. Ivan). Kami sempat berdebat lagi, karena di web RS Bunda Depok yg kulihat, dokter itu sdh tdk praktek lagi di sana dan diganti oleh dr. Irham. Sedangkan Satria membaca di web klinik morula Depok, nama dr. Ivan masih tertera jelas disana. Satu2nya jalan ya telpon ke RS langsung utk tahu mana yg benar. Ternyata aku yang benar, dr. Ivan sekarang hanya praktek di BIC pusat. Akhirnya akupun iseng membuat jadwal ke dr. Irham utk hari Rabu, 16 Juli dan dapat nmr antrian 13.

Kenapa sekarang aku mau konsul dengan obgyn cowok? Sebenarnya tidak, aku masih merasa tidak sreg klo harus konsul dengan obgyn cowok. Entahlah...aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya harus memeriksakan dan merelakan organ intimku diubek-ubek oleh seorang laki2 asing (hfft...), sementara masi banyak obgyn cewek yg recommended. Hanya saja selama ini setiap nama obgyn cewek yang kuusulkan ke Satria selalu ditolak olehnya dengan berbagai alasan. Jadi...dengan berat hati aku menuruti keinginan suamiku. Mungkin ini jalan yang terbaik, sambil berharap ini adalah obgyn lelaki pertama dan terakhir yang aku temui (Ya Allah maafkan kami klo cara ini salah, tapi ini adalah bagian dari usaha kami dan semoga Engkau meridhoi-Nya)

Selanjutnya, kenapa aku memilih dr. Irham Suheimi? aku juga tidak tahu...Hanya saja nama dokter ini sering disebut oleh teman2 di forum selain nama dr. Ivan di RS Bunda. Karena pasien dokter Ivan yang amat sangat banyak, sehingga mereka beralih ke dr. Irham. Masih menurut mereka dokter ini enak, komunikatif, ramah dan (ini yang paling penting) ganteng hehe...

Tiba di RS pkl. 18.10, setelah Satria solat Maghrib kami menuju bagian pendaftaran karena aku pasien baru disini. Saat mengisi form isian data pribadi, si CS bilang klo dokternya baru tiba, padahal tadi pasien dikonfirmasi klo dokternya praktek mulai jam 17.00. Keraguan sempat mendatangiku, "Ay...aku masih ga yakin?""Ga yakin kenapa? Kamu mau pulang aja?", tanyanya
Aku cuma menggelengkan kepala dan menarik nafas dalam2. "Entahlah..."

Kami dibekali buku kecil berwarna hijau dan print-an data diri plus nmr antrian utk diberikan ke perawat. Setelah diberikan ke perawat, saatnya timbang BB dan tensi. Alat tensi disini otomatis, bukan manual yang harus dipencet2 itu, alhasil tensi aku melonjak 90/135. Seumur2 baru kali ini tensi aku tembus angka 130, waktu aku protes ke susternya, Satria malah belain tuh suster, "kamu kan baru jalan, wajar kalo naik"
Si suster pun mengiyakan, "iya bu, mungkin ibu habis jalan jadi tensinya naik"
 
Sepertinya dokter ini efisien, karena pasien yang dipanggil masuk rata2 cukup cepat pemeriksaannya. Dan tibalah giliranku. Begitu masuk ruangan dan akan duduk, si dokter tersenyum padaku dan menyodorkan tangannya. Akupun menyalami si dokter sambil bilang, "Selamat malam, Dok"Eh dia bukannya jawab malah nyebutin nama dia, "Irham"
Xixixi...jadi malu, koq aku malah ngucapin salam bukannya nyebutin nama.

"Sudah buka puasa kan?", tanyanya
"Sudah", jawab kami kaku
"Apa niy yang bisa dibantu?", tanyanya lagi
"Kami pengen program Dok", jawabku
"Loh...ya dibikin dunk", katanya sambil tertawa
Kami berdua ikut tertawa, "Sudah dok"
"Nikahnya sudah berapa lama?"
"Mau 3 tahun Dok"
"Belum pernah hamil sama sekali?"
"Belum"
"Keguguran juga tidak pernah ya?", tanyanya sambil menulis di buku kecil hijau tadi
"Tidak dok"
"Usia berapa, Ki"
"32 dok"
"Sebaya ya?"
"Iya dok"
"Mens lancar?tiap bulan dapat"
"Lancar, Dok. Cuma jadwalnya suka maju."
"Berapa lama?"
"4-7 hari, Dok."
"Sakit gak?Gak ya?"
"Hmm...sakit siy Dok. Sekarang setelah nikah mensnya sakit", jawabku
"ouw...sakit ya?Mens terakhir kapan?"
"Sekarang Dok"
"Hari ke..."
"Ketiga."
"Jadinya mulai Senin ya"

Akupun cerita ke dr. Irham kalo sebelumnya aku sudah periksa di dokter lain. Bahkan sudah insem 2 kali tapi masih gagal.
"Jadi sebelumnya sudah test apa saja?"
"Banyak dok. HSG, hormon,...", jawabku
"HSG hasilnya apa?"
Aku agak bingung mo jawab apa, akhirnya aku serahkan aja setumpukan berkas ke beliau.
Dr. Irham membuka amplop yang paling atas.
"Ini kmrn baru test pap smear dok", jelasku
Tapi ternyata amplop ini berisi hasil test hormon progesteron, "Bagus, berarti kamu subur. Ada telur yang dihasilkan. Lalu apalagi?"
Kemudian beliau membuka amplop hasil test pap smear. Bacanya sekilas doang, tpi langsung bilang, "Bagus, tidak ada masalah"
Lanjut ke amplop berikutnya, "Wah ini spermanya melimpah. Bagus itu."
Amplop berikutnya hasil test HSG, no comment. Dia malah berkomentar, "Waduh jadi berantakan ya berkasnya." Karena setelah buka amplop, tidak dimasukkan lagi olehnya.
"Gak apa2 Dok", jawab Satria
Beliau mengambil amplop terakhir, "Kalo ini apa?"
"Test hormon Dok. FSH, LH", jawabku

"Sy perlu melakukan test2 lagi gak,dok?krn itu semua kan sudah lama dilakukannya?", tanyaku
"Ga perlu. Kalo dari hasil2 ini semuanya bagus koq, ga ada masalah. Karena hasil Kiara bagus, sperma suami jg melimpah. Ini yang dinamakan unexplained. Tapi nanti kita coba insem lagi, klo masih belum berhasil juga, ya berarti perlu dipikirkan langkah selanjutnya. Apakah itu bayi tabung atau yang lainnya. Karena berdasar pengalaman niy, utk kasus unexplained, 60-70% ditemukan endometriosis. Tapi ini baru mungkin ya."
"Insemnya dilakukan berapa kali Dok dalam satu siklus?, tanya Satria
"Bisa dilakukan 2 kali, tpi itu juga tergantung dengan kualitas sperma."
"Trus Dok, insem itu ada batasannya ga siy?maksudnya maksimal berapa kali?", tanyaku
"Sebenarnya tidak ada patokan berapa kali maksimal insem itu dilakukan. Memang ada dua kubu, ada yang menganut 3 kali, ada juga yang 6. Tapi next kita coba insem lagi, klo belum berhasil baru kita cari penyebabnya. Nah sekarang kita USG dulu ya", kata si dokter sambil tersenyum.

Inilah saat yang menegangkan buat aku. Suster membimbing aku ke tempat tidur dan menyuruhku melepaskan celana. Setelah aku berbaring di tmp tidur, suster memanggil dr. Irham.
Sumpah rasanya tegang sekali melihat si dokter duduk di sebelah di tmp tidur dan akan mengeksplor 'miss V' aku. Mungkin dokter tahu keteganganku, dia malah bertanya sambil bercanda, "Kalo ini sudah pernah kan sebelumnya?, tanyanya sambil tertawa
"Sudah Dok", jawabku tersenyum. (Tapi belum pernah sama dokter cowok dok, kataku dalam hati)
Si dokter melongok sebentar utk memastikan alatnya masuk dgn tepat dan eksplorasi pun dimulai. "Rahim kamu memang agak menekuk ke belakang ya, Ki. Ini liat ini...", ujarnya seraya menunjukkan posisi rahim aku.
"Sepertinya siy ada pelengkatan ya. Tpi kita biarin aja dulu deh, anggap tdk tahu aja dulu"
"Tutup mata, Dok?"
"Iya, kita tutup mata aja. Nanti klo memang masi gagal, baru kita cek.", tambah si dokter sambil memberi tanda pada gambar rahimku 'adhesion/ pelekatan'
Beliau mengeksplor lagi sambil bertanya,"Di Permata dikasih obat penyubur?"
"Iya, dok"
"Apa?diphten, profertil..."
"Iya diphten Dok."
"Trus ga pake suntikan?"
"Ga, Dok"
"Suntik pecah telur jg tdk?"
"Eh klo suntik pecah telur iya dok."
"Pregnyl/ ovidrell?"
"Pregnyl, Dok"
"Trus setelah minum obat telurnya banyak gak?", tanya Dr. Irham
"Banyak Dok, ada 4"
"Ukurannya?, tanyanya lagi
"Ada yg diatas 22, Dok. Eh tpi klo yang di sebelah kanan sedikit Dok, cuma satu/ dua"

Si dokter pun mengeksplor lebih dalam lagi, sampai akhirnya ia menemukan ovary kiri aku. "Ini sebelah kiri ya. Ada yg udah besar niy. Sekarang lagi minum vitamin apa?"
"Gak ada, Dok"
 "Oh mungkin ini telur bulan lalu yg tidak pecah. Oke, jadi sekarang tidak saya kasih obat ya. Kita lihat perkembangan telurnya. Klo bagus, kita bisa langsung insem. Klo kurang, berarti postponed bulan depan ya.", kata si dokter sambil mengeluarkan alat usg.

Setelah kembali ke meja periksa, dokter meminta aku utk kontrol kembali minggu depan, utk melihat si telur.
"Dok, klo dari itung2an kami, masa suburnya kan bertepatan dengan lebaran, trus gimana Dok?", tanya Satria.
"Ya klo memang bertepatan dengan Lebaran, berarti kita tunda bulan depannya. Kasian Pak, orang lab kan cutinya setahun sekali, saat Lebaran saja."

Dokter menegaskan sekali lagi, klo next project adalah insem ketiga. Jika masih gagal maka akan dilakukan laparoskopi. Aku agak kaget dengan pernyataan terakhirnya, karena sejak awal masuk ke ruangan sampai dengan USG selesai dilakukan beliau tidak mengatakan tentang hal ini. Aku cuma bisa mengangguk2 pasrah mendengarnya sambil melirik ke Satrio, karena setahu aku laparoskopi biayanya tidak sedikit. Sedangkan saat ini aku dan Satria sedang ingin melunasi rumah kami, InshaAllah.

*****

Kesanku tentang dr. Irham, orangnya baik, ramah, komunikatif dan enak diajak sharing, orangnya juga suka becanda sehingga suasana konsultasi ga tegang. So far siy aku merasa nyaman konsultasi dengan beliau, meskipun perasaan risih dan malu ketika organ intim dieksplor olehnya tidak bisa dihilangkan. 

(Ya Allah ridhoi-lah usaha kami. Ijinkanlah kami memiliki keturunan melalui bantuan dokter ini, atas kuasaMu Ya Allah. Semoga dokter ini menjadi dokter pria pertama sekaligus terakhir yang kami datangi dalam usaha memperoleh keturunan. Amin.)




5 komentar:

imam maulana mengatakan...

maaf mau tanya hasil nya apakah bisa berhasil program dengan Dr. Irham?

imam maulana mengatakan...

maaf mau tanya hasil nya apakah bisa berhasil program dengan Dr. Irham?

sethasari mengatakan...

Pak Imam, Alhamdulillah sy hamil melalui IVF dg Dr. Irham meski hanya bertahan 10 minggu. Semua sudah sy share pak:)

hamdan mengatakan...

Sy dan istri program jg dengan dr. Irham, orangnya super ramah, santai dan baik, sy istri sy nyaman dgn beliau. Beliau dokter kesekian dan terakhir dalam perjalanan infertility kami.

hamdan mengatakan...

Sy dan istri program jg dengan dr. Irham, orangnya super ramah, santai dan baik, sy istri sy nyaman dgn beliau. Beliau dokter kesekian dan terakhir dalam perjalanan infertility kami.

Posting Komentar